Jumat, 28 Januari 2011

Model dan Metode pokok Mengajar

1. Model dan Metode pokok Mengajar

a. Model information processing (tahapan pengolahan informasi)
Model mengajar  jenis ini berorientasi pada kecakapan siswa dalam memproses         informasi  dan cara-cara mereka dapat memperbaiki kecakapan untuk menguasi informasi. Model mengajar jenis ini bertujuan agar ranah cipta siswa dapat berfungsi dan berkembang seoptimal mungkin.
b. Model personal (pengembangan pribadi)
Rumpun model personal pada umumnya berorientasi pada pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosionalnya. Diharapkan dengan menggunakan model ini dapat menolong siswa dalam mengembangkan sendiri hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Siswa sebagai peaerta didik juga dapat menyadari dirinya sebagai seorang pribadi yang berkecakapan (capable) cukup untuk berinteraksi dengan pihak luar sehingga tercipta pola hubungan inter-personal yang kondusif.
c. Model sosial (hubungan bermasyarakat)
Model social adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan peda proses interaksi antar individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Rumpun model ini lazim juga disebut sebagai interactife model (model yang bersifat hubungan antar individu). Aplikasi model social diprioritaskan untik mengembangkan kecakapan individu siswa dalam berhubungan dengan orang lain atau masyarakat.
d. Model behaviorial (pengembangan perilaku)
Rumpun model mengajar pengembangan perilaku direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar mengajar. Aktifitas mengajar, menurut teori ini, harus ditujukan pada perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan. Rumpun model mengajar behavorial banyak dilandasi oleh asumsi empiris bahwa segenap perilaku siswa adalah fenomena yang dapat diobservasi, diukur, dan dijabarkan dalam bentuk perilaku-perilaku khusus. Perilaku khusus inilah yang menjadi tujuan belajar siswa.
Metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa (Tardif, 1989).
Terdapat empat macam metode mengajar yang banyak digunakan pada setiap jenjang pendidikan formal:
1.  Metode ceramah
Yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah adalah sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah.
Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Metode ini juga dipandang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa.
2. Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving).Tujuan penggunaan metode diskusi adalah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam (reflektife thinking).
3. Metode demonstarasi
Demonstrasi dalam penyajian informasi dapat diartikan sebagai peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar-mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan proses melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.
4. Metode ceramah plus
Metode ceramah plus dapat terdiri atas banyak metode campuran, diantaranya:
  • Metode ceramah plus tanaya jawab dan tugas (CPTT).
  • Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT).
  • Metode ceramah plus demonstrasi dan laihan (CPDL).
2. Strategi dan Tahapan Mengajar
Strategi mengajar dapat didefenisikan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Diantarar strategi-strategi mengajar itu terdapat sebuah strategi mengajar berdasarkan strategi kognitif yang masih relative actual. Strategi ini bernama Strategy Program for Effective Learning/Teaching disingkat SPELT. Strategi SPELT sengaja direkayasa untuk memperbaiki dan meningkatkan keefekifan belajar dan berpikir siswa. Secara eksplisit tujuan strategi ini ialah membuat siswa menjadi:
  1. Penuntut ilmu yang aktif sebagai pemikir dan pemecah masalah;
  2. Penuntut ilmu yang mandiri, memiliki rencana dan strategi sendiri yang efisien dalam mendekati belajar;
  3. Penuntut ilmu yang lebih sadar dan lebih mampu dalam mengendalikan proses berpkirnya sendiri (metacognitife awareness).
Tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi mengajar. Maksudnya ialah bahwa dalam setiap penggunan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkulan yang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar. Setiap proses mengajar harus melalui tiga tahapan sebagai berikut.
1)       Tahap prainstruksional
Merupakan langkah persiapan yang ditempuh guru pada saat mulai memasuki kelas hendak mengajar. Pada tahap ini guru dianjurkan memeriksa kehadiran siswa, kondisi kelas, dan kondisi peralatan yang tersedia dalam alokasi waktu yang sinkat.
2)       Tahap instruksional
Tahap ini adalah tahap inti dalam proses pengajaran. Pada tahap ini guru menyajikan materi pelajaran (pokok bahasan) yang disusun lengkap dengan persiapan model, metode dan strategi mengajar yang dianggap cocok.
3)       Tahap instruksi dan tindak lanjut
Tahap terakhir proses belajar mengajar terdiri atas kegiatan evaluasi dan tindak lanjut (follow up). Pada tahap ini guru melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa yang berlangsung pada tahap instruksional. Caranya adalah dengan mengadakan post test.
3. Proses pembelajaran yang Efektif
Proses pembelajaran yang efektif dapat terwujud melalui kegiatan yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut.
Pertama, berpusat kepada siswa. Dalam keseluruhan proses pembelajaran, siswa merupakan subjek utama. Oleh karena itu, dalam proses ini, siswa menjadi perhatian uama dari para guru. Semua bentuk aktifitas hendaknya diarahkan untuk membantu perkembanga siswa. Keberhasilan proses pembelajaran terletak dalam perwujidan diri siswa sebagai priadi mandiri, pelajar efektie, dan pekerja produktif.
Kedua, interaksi edukatif antar guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran, hendaknya terjalin hubungan yang bersifay edukatif. Guru tidak hanya sekadar penyampai bahan yang harus dipelajari, tetapi sebagai figur yang dapat merangasang perkembangan pribadi siswa. Interaksi antar guru dengan siswa hendaknya berdasarkan sentuhan-sentuhan psikologis, yaitu adanya saling memahami antar guru dengan siswa.
Ketiga, suasana demokratis. Suasana demokratis dalam kelas akan banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih mewujudkan dan mengembangkan hak dan kewajibannya. Suasana demokratis dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran melalui hubungan guru dengan siswa.
Keempat, variasi metode mengajar. Tidak satupun metode mengajar itu efektif untuk seluruh materi dan bahan pelajaran. Satu metode mungkin cocok untuk bahan tertentu, tetapi tidak cocok untuk bahan yang lain. Oleh karena itu, guru harus bisa memilih metode yang tepat dan sesuai dengan bahan yang diajarkan. Dengan metode yang bervariasi, sesuai dengan tujuan, bahan, dan situasi, akan menimbulkan rasa senang pada siswa, tidak cepat bosan atau jenuh, dan siswapun akan semangat untuk belajar.
Kelima, guru professional. Proses pembelajaran yang efektif hanya mungkin bisa terwujud apabila dilaksanakan oleh guru professional dan dijiwai semangat professionalisme yang tinggi. Guru yang professional adalah guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi, serta memiliki rasa kebersamaan dengan rekan sejawatnya.
Keenam, bahan yang sesuai dan bermanfaat. Bahan yang diajarkan guru bersumber dari kurikulum yang telah ditetapkan secara relative baku. Tugas guru adalah mengolah dan mengembamgkan bahan pengajaran menjadi sajian yang dapat dicerna oleh siswa secara tepat  dan bermakna. Oleh sebab itu bahan yang diajarkan harus sesuai dengan kemampuan, kondisi siswa, dan lingkungannya, sehingga memberikan makana dan faedah bagi siswa.
Ketujuh, lingkungan yang kondusif. Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang kondusif adalah lingkungan yang dapat menunjang bagi proses pembelajaran yang efektif.
Kedelapan, sarana pembelajaran yang menunjang. Proses pembelajaran yang efektif akan terwujud apabila ditunjang oleh sarana yang baik. Sarana belajar yang secara langsung terkait denganproses pembelajaran adalah alat bantu mengajar. Mengingat banyaknya alat bantu mengajar, maka tugas guru memilih alat mana yang benar-benar sesuai dan menunjang  kegiatan pengajaran. Untuk menentukan alat mana yang sesuai dan menunjang kegiatan pembelajaran, mestilah melihat tujuan, bahan, metide dan situasi pengajaran.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by kurniazone